Hubungan Perkembangan Teknologi dengan PR
Public Relations merupakan suatu peran yang sangat penting bagi sebuah instansi. Karena tugas dari seorang PR adalah membentuk pandangan serta citra/image sebuah perusahaan menjadi baik di mata masyarakat. Hal ini tentunya tidak dapat dilakukan dengan mengandalkan kekuatan sang PR semata. Berbagai macam teknologi tentu sangat dibutuhkan oleh sang PR tersebut untuk melaksanakan tugas-tugas serta tanggung jawabnya. Misal, bagaimana seorang pemimpin sebuah instansi dapat menghubungi PR nya ketika ada suatu pekerjaan/masalah yang membutuhkan turun tangan seorang PR apabila sang PR tidak memiliki teknologi telepon/handphone. Itu barulah salah satu contoh hubungan antara perkembangan teknologi dengan pekerjaan sebagai Public Relations.
Selain itu, Internet yang lahir akibat berkembanganya teknologi juga menawarkan berbagai macam fasilitas, seperti E-mail, FTP, Telnet, Usenet, Gopher, WAIS, WWW, IRC, Electronic Magazine, Mailing-List, dan lain-lain, pada dasarnya semua dapat dimanfaatkan untuk kegiatan ke-humas-an, karena fasilitas-fasilitas tersebut sangat esensial untuk dimanfaatkan dalam rangka membangun hubungan dengan dan akses ke masyarakat (yang sementara ini masih) maya, tanpa bentuk kongkrit.
Begitu juga saat seorang PR ingin mempublikasikan sesuatu yang ditawarkan oleh instansi dimana ia bekerja atau ketika ia harus mengklarifikasi sesuatu kesalahan yang dapat menjatuhkan image masyarakat terhadap perusahaannya, tentu ia membutuhkan bantuan media-media massa, baik itu media cetak ataupun elektronik. Bayangkanlah jika seorang PR harus melakukan semua pekerjaannya dengan mengandalkan kemampuaannya pribadi tanpa adanya teknologi untuk membantunya. Hal ini berarti ia harus melakukan tugasnya sebagai pembentuk image perusahaan di mata masyarakat secara mouth to mouth/face to face. Tidak mungkin bukan?
Contoh lain adalah, perkembangan teknologi dalam hal internet yang memberikan berbagai layanan seperti electronic shopping ataupun mailing list, hal ini sangat membantu , proses marketing dan PR dapat dilakukan secara interaktif dan terus menerus selama 24 jam sepanjang tahun. Dengan konsistensi PR yang seperti ini diharapkan image dan eksistensi perusahaan akan menjadi lebih kuat di mata client-nya.
Namun selain perkembangan teknologi dapat membantu seorang PR dalam melaksanakan tugas-tugasnya, di lain pihak, akibat berkembangnya teknologi secara pesat, dimana berbagai macam informasi dapat dengan begitu cepat disampaikan kepada berbagai kalangan masyarakat, seorang PR juga bertugas untuk mengimbangi arus informasi yang disampaikan kepada masyarakat ini, yang tidak lepas kemungkinan dapat merugikan instansi dimana ia bekerja.
Mengapa PR sangat diperlukan dalam era kompetisi ini, terdapat beberapa alasan para pakar PR antara lain: perusahaan semakin besar dan berkembang, (termasuk industri media), persaingan perusahaan semakin ketat, perkembangan teknologi komunikasi yang semnakin pesat (terutama munculnya era komunikasi online atau internet), masyarakat semakin kritis, haus informasi dan tidak ingin kepentingannya terganggu.
Industri media yang sebagian besar pekerjaannya menggunakan teknologi sebagai alat bantunya pun sudah mulai menyadari pentingnya peran public relations dalam kegiatan marketing-nya, yang biasanya selama ini hanya mengandalkan strategi ilmu ekonomi (marketing), tetapi sekarang terjadi perkawinan antara ilmu ekonomi dengan ilmu komunikasi, sehingga muncul istilah atau kajian baru marketing communication atau marketing public relations.
Hubungan Perkembangan Teknologi dengan Jurnalisme
Kegiatan jurnalisme terkait erat dengan perkembangan teknologi publikasi dan informasi. Pada masa antara tahun 1880-1900, terdapat berbagai kemajuan dalam publikasi jurnalistik. Yang paling menonjol adalah mulai digunakannya mesin cetak cepat, sehingga deadline penulisan berita bisa ditunda hingga malam hari dan mulai munculnya foto di surat kabar. Pada 1893 untuk pertama kalinya surat-surat kabar di AS menggunakan tinta warna untuk komik dan beberapa bagian di koran edisi Minggu. Pada 1899 mulai digunakan teknologi merekam ke dalam pita, walaupun belum banyak digunakan oleh kalangan jurnalis saat itu.
Pada 1920-an, surat kabar dan majalah mendapatkan pesaing baru dalam pemberitaan, dengan maraknya radio berita. Namun demikian, media cetak tidak sampai kehilangan pembacanya, karena berita yang disiarkan radio lebih singkat dan sifatnya sekilas. Baru pada 1950-an perhatian masyarakat sedikit teralihkan dengan munculnya televisi. Perkembangan teknologi komputer yang sangat pesat pada era 1970-1980 juga ikut mengubah cara dan proses produksi berita. Selain deadline bisa diundur sepanjang mungkin, proses cetak, copy cetak yang bisa dilakukan secara massif, perwajahan, hingga iklan, dan marketing mengalami perubahan sangat besar dengan penggunaan komputer di industri media massa.
Memasuki era 1990-an, penggunaan teknologi komputer tidak terbatas di ruang redaksi saja. Semakin canggihnya teknologi komputer notebook yang sudah dilengkapi modem dan teknologi wireless, serta akses pengiriman berita teks, foto, dan video melalui internet atau via satelit, telah memudahkan wartawan yang meliput di medan paling sulit sekalipun. Media internet sendiri, sebagai suatu media baru (new media), pada gilirannya juga telah menghadirkan sekian macam bentuk jurnalisme yang sebelumnya tidak kita kenal. Salah satunya adalah yang kita sebut sebagai “jurnalisme warga” (citizen journalism).
Dengan biaya relatif murah, kini setiap pengguna Internet pada dasarnya bisa menciptakan media tersendiri. Mereka dapat melakukan semua fungsi jurnalistik sendiri, mulai dari merencanakan liputan, meliput, menuliskan hasil liputan, mengedit tulisan, memuatnya dan menyebarkannya di berbagai situs Internet atau di weblog yang tersedia gratis.
Dengan demikian, praktis sebenarnya semua orang yang memiliki akses terhadap Internet sebenarnya bisa menjadi “jurnalis dadakan,” meski tentu saja kualitas jurnalistik mereka masih bisa kita perdebatkan. Yang jelas, orang tidak dituntut harus lulusan Fakultas Ilmu Komunikasi atau sekolah jurnalistik, untuk menjadi “jurnalis dadakan” di dunia maya.
Suka atau tidak, tren munculnya “jurnalisme warga” dan “jurnalis dadakan” semacam ini tampaknya makin kuat. Sebagai catatan, seingat saya, berita pertama soal bencana Tsunami di Aceh, pada Desember 2005 lalu, justru muncul dan diketahui publik lewat blog pribadi di Internet. Jadi, tidak melalui saluran-saluran media yang konvensional.
Dengan demikian, kehadiran “jurnalisme warga” ini juga telah menjadi tantangan bagi jenis “jurnalisme mapan,” yang diterapkan di media-media konvensional, seperti: suratkabar, majalah, radio, dan televisi.
Selain itu, pada era ini juga muncul media jurnalistik multimedia. Perusahaan-perusahaan media raksasa sudah merambah berbagai segmen pasar dan pembaca berita. Tidak hanya bisnis media cetak, radio, dan televisi yang mereka jalankan, tapi juga dunia internet, dengan space iklan yang tak kalah luasnya.
Setiap pengusaha media dan kantor berita juga dituntut untuk juga memiliki media internet ini agar tidak kalah bersaing dan demi menyebarluaskan beritanya ke berbagai kalangan. Setiap media cetak atau elektronik ternama pasti memiliki situs berita di internet, yang updating datanya bisa dalam hitungan menit. Ada juga yang masih menyajikan edisi internetnya sama persis dengan edisi cetak.
Sedangkan pada tahun 2000-an muncul situs-situs pribadi yang juga memuat laporan jurnalistik pemiliknya. Istilah untuk situs pribadi ini adalah weblog dan sering disingkat menjadi blog saja. Memang tidak semua blog berisikan laporan jurnalistik. Tapi banyak yang memang berisi laporan jurnalistik bermutu. Senior Editor Online Journalism Review, J.D Lasica pernah menulis bahwa blog merupakan salah satu bentuk jurnalisme dan bisa dijadikan sumber untuk berita.
Dalam penggunaan teknologi, Indonesia mungkin agak terlambat dibanding dengan media massa dari negara maju seperti AS, Prancis, dan Inggris. Tetapi untuk saat ini penggunaan teknologi di Indonesia --terutama untuk media televisi-- sudah sangat maju.
Hubungan perkembangan teknologi dengan IMC
Sebelum terjadinya perkembangan teknologi, kegiatan marketing hanya dapat dilakukan secara penawaran face to face/mouth to mouth dari 1 orang ke orang lainnya. Pemesanan untuk suatu barang/jasa pun sangat tidak praktis dan memakan waktu lama. Namun setelah teknologi berkembang, terutama setelah kehadiran internet, proses pemasaran.marketing suatu produk pun menjadi jauh lebih mudah, praktis, dan cepat. Hal ini dikenal sebagai Internet Marketing.Yang dimaksud dengan internet marketing adalah strategi yang menggunakan internet sebagai media promosi dan komunikasi antara pemilik produk dan konsumen. Keunggulan – keunggulan dari internet marketing adalah:
1. Kemampuan membuat komunikasi dua arah. Dengan media internet komunikasi yang terjalin tidak hanya dari produsen ke konsumen tetapi juga sebaliknya. Dengan begitu dapat dibangun knowledge yang membuat produsen lebih memahami apa yang diinginkan oleh konsumen. Dan konsumen juga akan lebih leluasa dan mudah untuk menyampaikan keinginannya kepada produsen.
2. Aliran informasi yang cukup cepat. Dengan internet informai yang disampaikan oleh konsumen akan langsung diterima oleh produsen tanpa perantara pihak ketiga, dan begitu juga sebaliknya dengan fasilitas - katakanlah website perusahaan - informasi yang ingin disampaikan dari produsen dapat langsung disampaikan ke konsumen tanpa perantara lagi. Dan tentunya karena informasi yang dikirim adalah dalam bentuk elektronik pastinya akan jauh lebih cepat dibandingkan dengan bentuk fisik.
3. Bersifat Massal (Satu untuk semua). Massal yang dimaksud di sini adalah massal dimana perusahaan hanya perlu memiliki satu media internet marketing yang menjadi pusat komunikasi namun powerful dan mampu melayani banyak konsumen.
Wednesday, September 5, 2007
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
No comments:
Post a Comment