Tuesday, November 6, 2007

Cashless Shopping!

Sejak di bangku sekolah, kita selalu diajak untuk mempelajari sejarah perkembangan uang. Pada tingkat paling dasarnya, kita mengenal istilah barter, di mana untuk memperoleh barang yang kita butuhkan, kita harus menukarkannya dengan apa yang kita miliki. Misalnya, untuk mendapat 1 kg daging, kita menukarkannya dengan 5 buah telur. Setelah melewati fase ini, mulailah kita mengenal ”uang barang”, di mana kita dapat menggunakan benda-benda tertentu seperti kulit binatang, kerang dari laut, dan benda-benda lainnya. Selanjutnya, kita mengenal uang logam (perak, emas, dan kemudian kertas), masing-masing dari alat pembayaran ini mempunyai keuntungan dan kerugian tersendiri.

Seiring dengan perkembangan zaman, kita mulai mengenal alat pembayaran yang disebut kartu kredit dan kartu debit. Dengan kedua kartu ini, setiap pemilik kartu akan memperoleh banyak kemudahan, karena pemegang kartu tersebut tidak lagi harus membawa uang tunai ke mana-mana.

Penemuan selanjutnya adalah penemuan konsep ”cashless shopping” yang lebih mutakhir. Konsep dasarnya sama dengan kartu kredit, di mana kita tidak memerlukan uang tunai lagi, namun yang berubah adalah cara pemakaiannya. Di Indonesia, kita pun sudah dapat menemui konsep ini, misalnya ketika kita berbelanja di SEIBU Grand Indonesia, kita tinggal mengisi kartu belanja kita, yang kemudian kita serahkan ke kasir ketika ingin membeli sesuatu.

Di Jepang saat ini, sudah diterapkan pula sistem seperti ini, di mana kita dapat mengisi sejumlah uang ke ”i-mode” (ponsel dengan chip yang sudah terprogram, yang bisa digunakan sebagai kartu kredit, kunci, tiket, dsb), dan kita dapat menggunakannya untuk berbelanja, namun dengan cara yang berbeda dengan sistem kartu di Grand Indonesia tersebut, karena cara pemakaiannya adalah dengan menyimpan sejumlah saldo uang, dan menggoyangkan i-mode mereka di depan alat yang ditetapkan untuk membayar belanjaan mereka.



Selain itu, di Airport Narita saat ini pun sudah dijalankan cashless shopping dengan metode yang agak berbeda yang dipelopori oleh



Pengguna kartu ini dapat mengisi kembali kartu mereka di mesin JR East Ticket di airport tersebut. Berikut ini adalah skema pemakaian alat ini di Jepang.



Diharapkan, di masa yang akan datang, kita bisa menemukan suatu alat yang lebih multifungsi & lebih praktis lagi, atau bahkan kita dapat menemukan alat lainnya yang lebih efisien dengan inovasi teknologi lainnya sebagai asisten yang mempermudah kehidupan keseharian kita.

Sumber:

http://harper.wirelessink.com/?p=83

http://www.narita-airport.jp/en/whats_new/060531.html

http://www.feedmecoolshit.com/2005/10/i-mode-felica/

Monday, November 5, 2007

Security Robot

Sejak dulu, keamanan di lingkungan rumah dijaga secara manual oleh manusia, sebagai contoh penjagaan ketat yang dilakukan oleh satpam. Namun, seiring berkembangnya teknologi, manusia mengembangkan suatu sistem yang lebih praktis yaitu alarm keamanan rumah. Alarm ini berfungsi untuk menjaga keamanan rumah secara otomatis sehingga pemilik rumah akan merasa tenang ketika meninggalkan rumah tanpa ada seorangpun yang menjaganya. Cara kerja alarm ini sangat simpel, yaitu apabila pintu atau jendela dibuka, maka alarm akan berbunyi. Karena sensor yang dipasang di bingkai pintu / jendela akan terpisah dengan alarm yang dipasang di daun pintu / jendela. Sensor gerak dan sensor magnet mendeteksi pencuri, alarm akan membunyikan sirine dan juga akan menghubungi 3 nomor telepon yang sudah di simpan di unit utama. Sensor ini tanpa kabel, sehingga pemasangannya sangat mudah dan fleksibel. Pengaktifan alarm ini selain melalui remote control juga bisa dilakukan dengan HP. Bunyi alarm ini sekaligus dapat menimbulkan kepanikan orang yang berniat jahat sehingga dapat mencegah pencurian.
Saat ini, telah dikembangkan lagi suatu teknologi untuk penjagaan rumah dengan menggunakan teknologi robot. Robot ini tidak hanya dapat melakukan pekerjaan rumah tangga, seperti mengambilkan minum, menyiram tanaman, tetapi juga dapat memastikan bahwa baik rumah dan jendela telah terkunci rapat. Robot adalah sebuah alat mekanik yang dapat melakukan tugas fisik, baik menggunakan pengawasan dan kontrol manusia, ataupun menggunakan program yang telah didefinisikan terlebih dulu (kecerdasan buatan). Robot biasanya digunakan untuk tugas yang berat, berbahaya, pekerjaan yang berulang dan kotor. Biasanya kebanyakan robot industri digunakan dalam bidang produksi. Penggunaan robot lainnya termasuk untuk pembersihan limbah beracun, penjelajahan bawah air dan luar angkasa, pertambangan, pekerjaan "cari dan tolong" (search and rescue), dan untuk pencarian tambang. Belakangan ini robot mulai memasuki pasaran konsumen di bidang hiburan, dan alat pembantu rumah tangga, seperti penyedot debu, dan pemotong rumput.


Pada tahun 2004, sudah diciptakan sebuah robot yang berfungsi sebagai satuan pengaman gedung bertingkat di Jepang. Robot yang diberi nama Artemis ini dikembangkan oleh perusahaan robotik Tmsuk, Artemis Guard Robot yang berkode T63. Tugas utama Artemis adalah berkeliling gedung dan melaporkan bila menemukan sesuatu yang mencurigakan. Ia tidak diprogram untuk menyerang orang secara mematikan, karena senjata yang disandang tidak berbahaya yaitu senapan paint ball dan semprotan cairan. Robot ini memiliki tinggi 157 cm, lebar 66 cm, panjang 82 cm dan berat 100 kg. Baterainya tahan beroperasi selama 8 jam sebelum harus diisi (charge) ulang.
Sementara pada pertengahan tahun ini, Korea Selatan akan mengaktifkan sebuah robot yang akan bertugas sebagai penjaga keamanan di suatu sekolah di Seoul. Robot yang disebut OFRO itu akan diuji kemampuannya sebelum dipasarkan. DU Robo, pembuat robot tersebut, mengemukakan produk mereka berguna untuk memberitahu para staf jika ada orang luar yang merayu para siswa. Selanjutnya para guru dapat memperingatkan orang luar tersebut melalui pelantam (loudspeaker) atau mendatangkan Satpam.Setelah menjalani uji kelayakan, OFRO yang memiliki banyak kelebihan akan dipertimbangkan untuk dikomersilkan dengan harga sekitar 100 ribu dolar (sekitar Rp 900 juta) sebagai pengawal sekolah. OFRO dapat bergerak hingga kecepatan lima kilometer perjam dan dapat dapat berpatroli dengan diprogram atau dikontrol secara manual. Robot tersebut memiliki kamera dan mikrofon yang terhubung dengan para guru maupun perusahaan jasa keamanan, demikian Reuters.
Pada penyelenggaraan Piala Dunia tahun 2006 di Jerman, FIFA menerapkan sistem keamanan tercanggih untuk menjamin ketenangan selama pertandingan berlangsung. Guna menjamin keamanan dan kesuksesan pesta empat tahunan tersebut, tak cukup mengerahkan aparat keamanan, FIFA menjalin kontrak dengan Robowatch Defense dan Diehl BGT Defence. Rekanan FIFA tersebut bertugas membuat dan mengoperasikan robot-robot di sekitar stadion untuk melakukan patrol pengamanan. Tugas pengamanan yang dijalankan oleh robot terbagi dalam dua kelompok. Kelompok pertama menggunakan robot OFRO. Bentuknya mirip dengan robot yang pernah digunakan militer AS untuk operasi mereka di Irak dan Afganistan. Dengan kamera termalnya, robot OFRO mampu mengenali posisi musuh di malam hari melalui temperatur suhu badan manusia atau titik api. Selain itu, mampu mendeteksi radiasi, racun, virus, dan bahan kimia berbahaya melalui sensornya.
Robot yang harga satu unitnya mencapai 76.000 dolar AS itu diprogram guna menjalankan misi pengintaian di luar stadion. Untuk memuluskan operasinya, setiap robot dibekali dengan berbagai teknologi. Salah satunya dengan dukungan teknologi GPS (Global Positioning System). Mereka berpatroli di areal luar Stadion Berlin dan melindungi areal tersebut dalam radius 2 km dari pusat kontrolnya yang berlokasi di dalam stadion.
Sedangkan kelompok kedua menggunakan robot MOSRO, bentuknya mirip robot R2-D2 di film "Star Wars”. Robot jenis ini lebih difokuskan untuk pengintaian di dalam stadion. Setiap robot diprogram lengkap dengan layout situasi dalam stadion, termasuk ruang administrasi, area parkir bawah tanah, dan area penyimpanan. Robot seharga 15.000 dolar AD per unitnya itu dilengkapi dengan kamera video guna menangkap penyusup yang masuk ke stadion, juga dilengkapi teknologi sinar inframerah dan sensor ultrasonik. Untuk urusan komunikasi, robot dikontrol dengan menerapkan teknologi telekomunikasi mobile generasi ketiga (3G). Untuk itu, masing-masing robot dilengkapi 3G card, yang terhubung dengan dedicated base station (DBS) di dalam stadion. Agar keamanan data terjamin, semua lalu lintas data dienkripsi. "Kami bisa saja menggunakan teknologi Wi-Fi, akan tetapi untuk praktiknya membutuhkan access point dan berbiaya lebih tinggi,” tutur Stengl.

Teknologi lain yang dibenamkan sebagai tambahan yaitu semua robot dilengkapi kamera video, sensor radar, pengukur temperatur, dan pemindai infra merah. Kamera yang terpasang dapat berputar ke segala arah dan dapat dikontrol secara remote oleh teknisi di pusat kontrol. "Jika robot mengenali sesuatu yang tidak beres, seperti adanya lubang mencurigakan dalam pagar, robot akan berhenti dan mengirim pesan peringatan ke pusat kontrol. Sensor radar mampu mendeteksi badan manusia walau ada di balik tembok," ujar Stengl menambahkan.
Melalui bantuan navigasi dari GPS, robot dapat mengirim gambar ke pusat pengontrol (skybox). Melalui remote control yang ada di pusat pengontrol, dapat mengirim perintah guna mengecek situasi yang mencurigakan di luar stadion.